Wednesday, March 14, 2018

Satu Kata untuk Taiwan

Semua hal itu ada ‘image’-nya. Mulai dari warna, produk, orang, hingga negara, pasti ada gambaran atau pesan yang ingin disampaikan. Image Taiwan dimata saya dalam satu kata itu adalah dewasa. Taiwan itu tenang, fokus dan rendah hati. Dewasa sekali, bukan?

Yang saya perhatikan selama kuliah di Taiwan ini adalah hampir semua dosen disini jarang berpakaian formal ketika lab meeting, mengajar, maupun menguji sidang. Mereka nyaman dengan pakaian kasual mereka. Terlihat sekali mereka berpegang teguh prinsip ‘don’t judge the book by its cover’. Mereka dengan tenang dan yakin bahwa penampilan bukanlah ukuran yang utama dalam menilai orang lain. Mereka percaya kemampuan mereka tetap mampu terpancar keluar dibalik penampilan mereka yang santai. Ini membuat saya nyaman sekali menjadi minioritas dengan memakai hijab. Bahkan keputusan untuk memakai hijab ini ada ketika saya di Taiwan. Saya yakin bahwa mereka tidak akan menyimpulkan sesuatu tentang saya hanya karena penampilan saya.

Indonesia dan Taiwan memang sama-sama memiliki budaya interdependen yang lebih dominan, dibandingkan dengan budaya barat yang dominan dengan budaya independennya. Tapi, Taiwan ini memiliki nilai budaya independen yang lebih tinggi dari Indonesia. Saya melihat dan merasakan bahwa orang Taiwan lebih fokus terhadap diri mereka sendiri. Mereka tidak ingin tau semua urusan pribadi orang lain. Hanya beberapa dosen dan temen lab saya yang bertanya tentang urusan pribadi saya. Semakin lama saya di Taiwan, saya merasa semakin sama pola pikir saya dengan mereka. Saya menjadi fokus dengan diri saya sendiri dan tidak terlalu memikirkan orang lain. Ini yang menguatkan saya selama saya menjalani kuliah ini. Saya fokus menyelesaikan kuliah saya, walaupun teman-teman yang lain tidak melakukan hal yang sama dengan saya. Saya percaya tiap orang punya jalannya masing-masing.

Secara negara, Taiwan ini dibatasi ruang geraknya dengan ‘One China Policy’. Tapi ini tidak membuat Taiwan berhenti bersinar. Taiwan menjadi salah satu negara yang unggul dalam bidang teknologi dan ramah lingkungan. Namun, Taiwan sadar bahwa mereka akan selalu menjadi nomer 2. Secara natural, kesadaran ini membuat mereka menjadi rendah hati dan tidak sombong.  Saya kagum dengan orang-orang Taiwan yang dengan tulus dan sungguh-sungguh menolong orang asing. Saya dengan bahasa Mandarin yang terbatas, mereka dengan bahasa Inggris yang terbata-bata dan kita yang saling mengandalkan bahasa tubuh dan google translate, tidak menghentikan mereka untuk berbuat baik terhadap saya dan orang asing lainnya. Ini hal yang jarang ditemui di negara maju lainnya dan inilah yang membuat Taiwan special dimata orang asing. Ini membuat saya berfikir bahwa kita perlu dengan pintar memutar kekurangan kita menjadi kelebihan. Kita semua lahir dengan kekurangan dan sering kali kekurangan tersebut tidak bisa diperbaiki. Tapi, akan ada kelebihan dibalik kekurangan tersebut, seperti kata pepatah ‘every coin has its two sides’. Kita harus terus berkembang dengan menggunakan kelebihan yang kita punya.

Terima kasih Taiwan yang telah membantu saya untuk berpenampilan, bersikap, dan berfikir lebih dewasa.

No comments:

Post a Comment