Thursday, October 16, 2014

Quick reminder

Pernikahan itu sesuatu yang agung.
Pernikahan itu untuk jangka panjang.
Bila sudah menikah, jagalah baik-baik janji suci dan komitmen anda. 
Begitu juga dengan perbuatan dan pandangan anda. 
Suatu hal yang lucu dulu, bisa jadi suatu hal yang tidak pantas utk dilakukan ketika anda sudah menikah. 
Persoalan rumah tangga apapun yang ada, selesaikanlah, jangan mencari pelarian diluar. 
Think twice or even triple before you act.

Pardon me, yang tidak tau banyak tentang pernikahan. This is just a quick message for everyone - married and married to be -. I know it's basics and cliche, but I found that we all need to be reminded once in a while.

Saturday, October 11, 2014

Let it go ~

I'm never going back, the past is in the past
Let it go ~
Let it go ~
[Let it go - Frozen]


Yes, as the song told us: let it go, people!

We all have our own past, which can be pretty bad and it might be because of someone else's fault. It's our right to be mad and blame ourselves or them who hurt us. But it won't take us anywhere. The pain, anger and maybe shame or regret will always haunt us if we still look back at the past. The past is happened for us to take the lesson. So when we know all about the past that happened to us (why, how and who's fault), we have to accept, forgive, learn and move on.

If you still can't forgive the person that hurt you, then everytime you have a problem, you will always blame them. In that case, you will not be able to find a good solution for your current problem and you will be surrounded by all the negative feelings that will drag you down. And nothing good can come out from negative feelings.

Blaming the past that will not talk back to you, nor giving any solution, is just pathetic. It's like blaming a dead person. Yes, in case you haven't notice, the past is dead.

I know letting go is not easy, but just take a baby step forward at each time. It needs process, but the important thing is you move on, no matter how far it is.

Good Luck! :)

Thursday, October 2, 2014

Pacaran?

Islam tidak mengenal yang namanya pacaran dan sekarang sudah banyak pihak yang menyerukan untuk tidak berpacaran dengan berbagai alasan - termasuk alasan agama (dosa). Nevertheless, aku ngeliat banyak temen-temen yang Islam, yang taat solatnya dan mengerti banyak tentang Islam, tetap pacaran. So I come up with the conclusion that: pacaran itu tidak berkaitan langsung dengan pengetahuan seseorang dengan Islam. Jadi, sebenarnya ngelarang untuk berpacaran karena dosa itu kurang 'ngena'.

So here I am, trying to give my point of view.

FYI, aku pernah pacaran dan hubungan 'KJDA' (kita jalanin dulu aja) hahaha. Tapi mungkin aku sekarang ada di tahap jenuh pacaran dan cape disakitin terus. Dan aku jadi ngerasa, seruan Islam untuk tidak pacaran itu memang yang terbaik. Foolish me, yang ngga langsung percaya dan harus merasakan 'up and down'-nya pacaran.

Berikut ini alasan kenapa aku berubah pikiran:

1. I'm a whole-hearted type of person.
Aku ngga pernah setuju untuk in a relationship kalau aku ngga suka. Aku ngga pernah nerima hanya karena status, uang atau hal yang lainnya. Jadi, setiap kali pacaran aku selalu memberikan yang terbaik. I always give the best of me. Ini ngga salah kalau dengan orang yang tepat. But if it's a wrong man or a right man in a wrong time.. I can be easily hurt. And yes, I was hurt many times. For most of the time, I try to stay, untill I can barely hold on. Just because, aku ngga mau menyesal di kemudian hari. Jadi bisa disimpulkan bahwa di setiap pacaran, I was broken down untill my last breath.. and now, I don't want this to happen all over again.

2. I over-think and over-assume.
I'm a girl, obviously. Jadi semua perempuan pasti ngerti apa rasanya sms ngga dibales atau dia tiba-tiba ngilang tanpa kabar. Walaupun aku ngga pernah nuntut untuk dikabarin atau untuk sms setiap hari, tapi aku tetep selalu kepikiran pas sms aku lama ngga dibales, atau ketika seminggu intens komunikasi, tiba-tiba dia hilang gitu aja. All of these takes my time and effort. Capek juga sebenernya worrying and assuming too much, but we (girls), just can't help it. Kayaknya udah dari sana nya cewe pasti worring, assuming and thinking too much. Dan kalau udah begitu, aku ngga bisa konsentrasi belajar atau ngerjain apapun.

At this point, mungkin kamu bisa bilang: "pacaran itu ngga selamanya nyakitin kok, aku selama ini seneng-seneng aja pacaran".
Yap, ada kalanya kok aku juga ngerasain seneng and this leads to my third reasons.

3. Tetep ngga bisa konsentrasi, walaupun lagi seneng.
Seneng-seneng pas di awal pacaran itu ngebuat aku pengen terus berkomunikasi. Yaa pengen ketemu, sms, chat, or anything. Tetep aku ngga bisa full konsentrasi ke sekolah/kuliah. 

Jadi bisa dihitung dengan jari berapa hari aku ngerasa produktif, yaitu hari-hari normal diluar 3 kondisi diatas.

*Sedikit kronologi kejadian*
Awal-awal ngerasa seneng banget (kondisi ke-3), lalu pelan-pelan dia mulai melakukan aktifitas normalnya dan ngga intensif lagi komunikasi (kondisi ke-2). Setelah ini mungkin aku 'mengerti' dan mulai produktif melakukan kegiatanku. Tapi pengalamanku, mereka semakin lama semakin cuek/jauh, jadi aku mulai ngga fokus lagi by trying to hold on (kondisi pertama) and not long after that.. it's over.

Ngga ada yang salah dengan ke-3 sifat atau kondisiku itu, it was just in a wrong time and/or with a wrong man. I feel like I'm wasting my time and energy. Dan aku sadar bahwa jodoh itu sudah diatur oleh Allah. Jadi buat apa aku ngerasain roller-coaster dengan in and out of relationship, kalau Allah sudah menyiapkan semuanya untukku?

Dan apa sih keuntungannya pacaran?
 1. Keliatan keren/laku?
Ngga juga.. banyak orang yang keren/sukses sekolah/kuliah/kerja tanpa pacaran.

2. Diperhatiin?
Masih ada keluarga dan teman yang bisa ngasih perhatian yang lebih tulus dari pacar.

3. Temen curhat/temen jalan?
Well, ngga perlu pacaran untuk bisa jadi temen curhat atau temen jalan.

Hmm, what else?

Honestly, dulu aku pacaran karena temen-temen yg lain pada pacaran, jadi aku pengen ikut2an dan penasaran ngerasain gimana pacaran itu. Dan aku dulu ngerasa kalau aku bisa menghindar dari anything that leads to 'zina'. As I know better, I realize 'zina' can happen in a blink. Despite that, I also don't want to risk all my heart, time and energy only for my curiousity, the fame and peer-pressure.

Aku setuju bahwa kita perlu mengenal calon pendamping kita. Tapi masih banyak cara yang lain, ngga hanya pacaran, HTS, KJDA atau jenis-jenis hubungan lainnya. 

I'll go for: friend. Tetaplah berteman dengan orang yang berpotensi atau berkeinginan jadi pendamping kita. Ngga ada status and no heartbreaks, tapi kita tetep bisa diskusi dengan orang tersebut dan melihat kualitas dirinya.

It's been 2.5 years I've not been in any relationship. I value myself higher that I don't want to be a victim anymore. No heartbreaks and tears within these years and YES, I feel so much better.

Thank you for all those mens and relationships that makes me who I am right now. Mungkin ini jalanku untuk mengerti mana yang benar dan mana yang salah.

Semoga aku tetep berpegang teguh prinsipku ini :)