Thursday, November 6, 2014

Beauty with[out] make up :)



This is a video with a beautiful message by Colbie Caillat, titled Try.

When the first time this video was launch, many people commented on it, including pros and cons. I was going to write about it, but I couldn't find a time to write. So here I am now, commenting about the video, about make up, mostly.

This video is saying that don't put on a mask so that everybody likes you. Don't put your make up on if you don't want to. Don't excersice just to get a compliment from others. Make up and excercise is not wrong, the purpose is.

And yes, every woman should know that they are beautiful. So I don't think put some make up every day, every moment is neccessary. 

For me, make up is only for work - when it's required to. If you work behind the desk and you don't want to wear make up, you can just look natural but make sure you have enough sleep so you'll look fresh. I'm sure they don't mind. Because the point of using make up is just to look neat and professional. If you look fresh and behave, I'm sure you'll look professional and neat already. *Hey, man don't wear make up to work, why should we (woman)?

If you want to wear make up, before wearing it, make sure you like yourself first. So wearing make up is not for you to hide your fear, but to boost up your confidence. It maybe sounds the same thing, but the focus are different. If you wear make up when you feel you can't blend in and not comfortable with yourself, then don't. Wear it when you are happy and comfortable, so make up can only make you happier.

When you like yourself, then you don't want to wear make up. You'll think that 'I like the way I look now, why should I put some make up?'. Only, some other time - perhaps special occasion - when you feel like you want to look differently - in a good way. I'll say that make up goes in line with your wardrobe. If you look everyday casual, then no need make up. But if there's special occasion, you'll wear something special obviously, so you may wear some make up.

But if you wear make up every time - outside work, ask yourself why you wear make up. Because for me, wearing make up is a sign of insecurities if you use it almost every time.

This post is for those girls that wears make up everyday. A childhood friend of mine is one of them. I feel like I want to tell her that "you don't need those make up to look pretty, you ARE beautiful and I even like they way you look naturally".

Monday, November 3, 2014

Kehilangan..

I found this on Facebook. This is exactly what I was thinking when I was in a process of wearing hijab: http://anisalarasati.blogspot.tw/2013/09/my-new-look.html





Thursday, October 16, 2014

Quick reminder

Pernikahan itu sesuatu yang agung.
Pernikahan itu untuk jangka panjang.
Bila sudah menikah, jagalah baik-baik janji suci dan komitmen anda. 
Begitu juga dengan perbuatan dan pandangan anda. 
Suatu hal yang lucu dulu, bisa jadi suatu hal yang tidak pantas utk dilakukan ketika anda sudah menikah. 
Persoalan rumah tangga apapun yang ada, selesaikanlah, jangan mencari pelarian diluar. 
Think twice or even triple before you act.

Pardon me, yang tidak tau banyak tentang pernikahan. This is just a quick message for everyone - married and married to be -. I know it's basics and cliche, but I found that we all need to be reminded once in a while.

Saturday, October 11, 2014

Let it go ~

I'm never going back, the past is in the past
Let it go ~
Let it go ~
[Let it go - Frozen]


Yes, as the song told us: let it go, people!

We all have our own past, which can be pretty bad and it might be because of someone else's fault. It's our right to be mad and blame ourselves or them who hurt us. But it won't take us anywhere. The pain, anger and maybe shame or regret will always haunt us if we still look back at the past. The past is happened for us to take the lesson. So when we know all about the past that happened to us (why, how and who's fault), we have to accept, forgive, learn and move on.

If you still can't forgive the person that hurt you, then everytime you have a problem, you will always blame them. In that case, you will not be able to find a good solution for your current problem and you will be surrounded by all the negative feelings that will drag you down. And nothing good can come out from negative feelings.

Blaming the past that will not talk back to you, nor giving any solution, is just pathetic. It's like blaming a dead person. Yes, in case you haven't notice, the past is dead.

I know letting go is not easy, but just take a baby step forward at each time. It needs process, but the important thing is you move on, no matter how far it is.

Good Luck! :)

Thursday, October 2, 2014

Pacaran?

Islam tidak mengenal yang namanya pacaran dan sekarang sudah banyak pihak yang menyerukan untuk tidak berpacaran dengan berbagai alasan - termasuk alasan agama (dosa). Nevertheless, aku ngeliat banyak temen-temen yang Islam, yang taat solatnya dan mengerti banyak tentang Islam, tetap pacaran. So I come up with the conclusion that: pacaran itu tidak berkaitan langsung dengan pengetahuan seseorang dengan Islam. Jadi, sebenarnya ngelarang untuk berpacaran karena dosa itu kurang 'ngena'.

So here I am, trying to give my point of view.

FYI, aku pernah pacaran dan hubungan 'KJDA' (kita jalanin dulu aja) hahaha. Tapi mungkin aku sekarang ada di tahap jenuh pacaran dan cape disakitin terus. Dan aku jadi ngerasa, seruan Islam untuk tidak pacaran itu memang yang terbaik. Foolish me, yang ngga langsung percaya dan harus merasakan 'up and down'-nya pacaran.

Berikut ini alasan kenapa aku berubah pikiran:

1. I'm a whole-hearted type of person.
Aku ngga pernah setuju untuk in a relationship kalau aku ngga suka. Aku ngga pernah nerima hanya karena status, uang atau hal yang lainnya. Jadi, setiap kali pacaran aku selalu memberikan yang terbaik. I always give the best of me. Ini ngga salah kalau dengan orang yang tepat. But if it's a wrong man or a right man in a wrong time.. I can be easily hurt. And yes, I was hurt many times. For most of the time, I try to stay, untill I can barely hold on. Just because, aku ngga mau menyesal di kemudian hari. Jadi bisa disimpulkan bahwa di setiap pacaran, I was broken down untill my last breath.. and now, I don't want this to happen all over again.

2. I over-think and over-assume.
I'm a girl, obviously. Jadi semua perempuan pasti ngerti apa rasanya sms ngga dibales atau dia tiba-tiba ngilang tanpa kabar. Walaupun aku ngga pernah nuntut untuk dikabarin atau untuk sms setiap hari, tapi aku tetep selalu kepikiran pas sms aku lama ngga dibales, atau ketika seminggu intens komunikasi, tiba-tiba dia hilang gitu aja. All of these takes my time and effort. Capek juga sebenernya worrying and assuming too much, but we (girls), just can't help it. Kayaknya udah dari sana nya cewe pasti worring, assuming and thinking too much. Dan kalau udah begitu, aku ngga bisa konsentrasi belajar atau ngerjain apapun.

At this point, mungkin kamu bisa bilang: "pacaran itu ngga selamanya nyakitin kok, aku selama ini seneng-seneng aja pacaran".
Yap, ada kalanya kok aku juga ngerasain seneng and this leads to my third reasons.

3. Tetep ngga bisa konsentrasi, walaupun lagi seneng.
Seneng-seneng pas di awal pacaran itu ngebuat aku pengen terus berkomunikasi. Yaa pengen ketemu, sms, chat, or anything. Tetep aku ngga bisa full konsentrasi ke sekolah/kuliah. 

Jadi bisa dihitung dengan jari berapa hari aku ngerasa produktif, yaitu hari-hari normal diluar 3 kondisi diatas.

*Sedikit kronologi kejadian*
Awal-awal ngerasa seneng banget (kondisi ke-3), lalu pelan-pelan dia mulai melakukan aktifitas normalnya dan ngga intensif lagi komunikasi (kondisi ke-2). Setelah ini mungkin aku 'mengerti' dan mulai produktif melakukan kegiatanku. Tapi pengalamanku, mereka semakin lama semakin cuek/jauh, jadi aku mulai ngga fokus lagi by trying to hold on (kondisi pertama) and not long after that.. it's over.

Ngga ada yang salah dengan ke-3 sifat atau kondisiku itu, it was just in a wrong time and/or with a wrong man. I feel like I'm wasting my time and energy. Dan aku sadar bahwa jodoh itu sudah diatur oleh Allah. Jadi buat apa aku ngerasain roller-coaster dengan in and out of relationship, kalau Allah sudah menyiapkan semuanya untukku?

Dan apa sih keuntungannya pacaran?
 1. Keliatan keren/laku?
Ngga juga.. banyak orang yang keren/sukses sekolah/kuliah/kerja tanpa pacaran.

2. Diperhatiin?
Masih ada keluarga dan teman yang bisa ngasih perhatian yang lebih tulus dari pacar.

3. Temen curhat/temen jalan?
Well, ngga perlu pacaran untuk bisa jadi temen curhat atau temen jalan.

Hmm, what else?

Honestly, dulu aku pacaran karena temen-temen yg lain pada pacaran, jadi aku pengen ikut2an dan penasaran ngerasain gimana pacaran itu. Dan aku dulu ngerasa kalau aku bisa menghindar dari anything that leads to 'zina'. As I know better, I realize 'zina' can happen in a blink. Despite that, I also don't want to risk all my heart, time and energy only for my curiousity, the fame and peer-pressure.

Aku setuju bahwa kita perlu mengenal calon pendamping kita. Tapi masih banyak cara yang lain, ngga hanya pacaran, HTS, KJDA atau jenis-jenis hubungan lainnya. 

I'll go for: friend. Tetaplah berteman dengan orang yang berpotensi atau berkeinginan jadi pendamping kita. Ngga ada status and no heartbreaks, tapi kita tetep bisa diskusi dengan orang tersebut dan melihat kualitas dirinya.

It's been 2.5 years I've not been in any relationship. I value myself higher that I don't want to be a victim anymore. No heartbreaks and tears within these years and YES, I feel so much better.

Thank you for all those mens and relationships that makes me who I am right now. Mungkin ini jalanku untuk mengerti mana yang benar dan mana yang salah.

Semoga aku tetep berpegang teguh prinsipku ini :)

Thursday, September 25, 2014

Trust and Promise

Trust.

Don't you ever take someone's trust for granted. Once you lose it, you'll never get it back - even so, it will never be the same. Kepercayaan itu sesuatu yang istimewa, karena ngga semua orang aku kasih kepercayaan. So please keep it. Aku pasti memaklumi dan tetep positive thinking untuk kejadian yang pertama, kedua, maupun ketiga.. and I take all your excuses. Tapi tidak untuk yang kesekian kalinya

Another thing is, I am usually hurt when someone betrays my trust. Because I never see it coming.. never thought that they would do anything to hurt me, NEVER. Well yes, maybe I'm not careful enough in selecting whom I shoud trust.. Oops, my bad..

Promise.

Don't promise on something you can't keep. Hati-hati, lidah itu senjata yang paling tajam. Aku paling ngga suka kalau ada yang ngga menepati janji. At least, say something: re-schedule or re-organizing.. just don't leave me out of the blueAgain, aku pasti memaklumi untuk beberapa kali kejadian. Tapi tidak untuk yang kesekian kalinya.

Dia aku percaya, tapi ngga menepati janji dan hilang gitu aja? that is the worst person ever.

Dan biasanya, setelah sekian lama nunggu, positive thinking, dan masih percaya, tapi orang itu belum juga menepati janjinya.. I'm giving up, very dissapointed.. and of course, they'll lose my trust..

Cukup tau, learn my lesson and move on..

Saturday, July 12, 2014

Berkah Ramadhan :)

Selama ini aku hanya terfokus pada diriku saja. Aku, aku dan aku..

Aku selalu mikir betapa lambatnya aku mengerjakan riset, susahnya aku memikirkan metode-metode yang lain dan stressnya aku memikirkan cara untuk mengembangkan topik risetku ini. Dan ngga jarang aku merasa bahwa kapasitas otakku itu udah mentok dan sepertinya yang lain jauh lebih pinter dibandingkanku.

Yang paling bikin nge-down itu ngeliat 2 anak lab, master degree: yang satu dia ngambil salah satu topikku dan digabungkan dgn topik yang lain dan dia bisa punya 4 studies, nilai thesisnya paling bagus, masuk thesis competition dan pastinya Prof bangga sekali dengannya. Yang satunya lagi ngikutin salah satu metode-ku, dan lagi-lagi dia bisa punya 4 studies, nilainya bagus, anak kesayangan Prof, masuk thesis competition juga.

Dan aku? dari dulu 3 studies aja ngga selesai-selesai.. Walaupun emang beda tujuan dan jalan cerita kita, tapi ini terlihat amat sangat kontras.. Sedangkan waktu untuk submit paper udah di ambang pintu..  yup, the pressure is so-very huge..

Ketika underpressure, berkali-kali terlintas untuk mundur, take a break, or daydreaming hoping it's over soon. Setelah itu teringat alasanku untuk S3 dan perlahan-lahan bangkit. Orang tua-lah yang terus menyemangatiku untuk terus maju tanpa stress dan mengingatkanku untuk perbanyak Dzikir. Mungkin karena ngeliat aku begitu stressnya, mereka bilang "yaudah nis, ini iseng-iseng berhadiah, jangan dibawa stress yaa". And yeah, somehow it works :)

Beberapa minggu setelahnya, Ramadhan datang. Mulai shalat tharawih + witir dan lebih banyak baca Al-Quran + Dzikir.

Sesaat setelah itu ada beberapa yang aku rasakan dan dapatkan.. Mungkin ini berkah Ramadhan.. Alhamdulillah:
1. Hatiku lebih tenang dan bisa mengerjakan riset tanpa stress. Somehow I found the way to cope with it.

2. Nilai progress report selama ini ternyata dikasih nilai A sama Prof.. Selama 3 semester kemarin dapet A-, dan padahal sekarang ngga berharap banyak, mikirnya paling dapet nilai yang sama juga.. Tapi lalu aku mikir, mungkin A ini bisa jadi salah satu pemacu untuk menyelesaikan paperku yang artinya mungkin "you're good enough, you've been through long enough, finish it, don't give up"

3. Kuesioner boleh disebar, yang artinya setelah kuesioner ini tinggal merevisi penulisan dan it's ready! Aamiin..

4. This is the most shocking thing that happened.

Beberapa temanku mulai bilang kalau mereka ingin sekali nerusin kuliah sampai S3, tapi kondisi yang tidak memungkinkan: perlu cari uang, perlu menghidupkan keluarga, sudah ada anak, perlu nerusin bisnis keluarga, tidak dapat beasiswa, dll..

Aku tersentak. Aku ngga sadar bahwa banyak sekali orang diluar sana yang menginginkan ini, tapi belum bisa. Aku yang ... belum perlu cari uang, masih ada orang tua yang bekerja, belum berkeluarga, belum ada anak, tidak ada bisnis/kegiatan lain, dan dapat beasiswa full ... kenapa ngga bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya?
 
Ini membuat aku bersyukur tiada henti. Membuatku semangat mengerjakan risetku.
Aku mau memanfaatkan kesempatan langka ini - yang mungkin tidak akan datang kepadaku lagi.


There's no such thing as second chance, right?
So do it wholeheartedly and never take things for granted ;)



All and all, ternyata bukan aku, risetku atau Profku yang salah. Tapi ibadahku-lah yang kurang.

Wednesday, June 18, 2014

Indonesia saat ini..

Akhirnya terpancing juga untuk nulis sesuatu yang berhubungan dengan pencapresan Indonesia.
Bagi yang masih menentukan pilihan, mungkin tulisan ini bisa membantu.

Aku ngga akan ngomongin visi-misi mereka, debat capres kemarin ataupun berita-berita negatif/kampanye hitam kedua capres, karena ngga akan ada habisnya bicarain itu.
Hanya 1 pertanyaan kunci:

"Apa kebutuhan yang prioritas untuk Indonesia saat ini?".

Kedua capres pasti punya kelebihan yang Indonesia butuhkan, tapi apakah kelebihan tersebut menjadi prioritas Indonesia saat ini?
Ketika kita harus milih, kita harus liat mana yang lebih penting atau lebih cocok dengan keadaan kita. Sama halnya misal, ketika kita harus milih kuliah lagi atau kerja dulu. Dua-duanya bagus, dua-duanya penting, tapi kita harus milih yang mana yang pas. Kalau kita butuh uang, yaa kerja dulu. Kalau lebih haus dengan ilmu, yaa lanjut kuliah. As simple as that.

Cobalah sekarang masyarakat Indonesia, ngeliat lagi kondisi Indonesia seperti apa lalu tentukan tindakan apa yang paling penting untuk saat ini. 

Capres yang satu bisa kerja, yang satunya lagi tegas. Kalau boleh sih aku mau kombinasi dari dua itu. Sayangnya ngga bisa. Jadi harus milih, mana yang lebih dibutuhkan saat ini juga.

Menurut pengamatanku, Indonesia ini masih berantakan - pake banget. Peraturan ngga jelas, kebijakan seenaknya, bikin ini-itu tanpa mikirin aspek makro (hanya karena uang aja), transportasi umum ngga nyaman, dan yang pastinya macet dan banyak korupsinya. Intinya kita butuh bebenah. Interaksi keluar juga penting, tapi beresin yang didalam dulu baru promosi dan kerjasama ini-itu. Percuma promosi gencar, bikin MoU sana-sini kalau pas turis dateng komentarnya "yaahh begini ternyata Jakarta" atau lebih parahnya lagi "ngga nyaman ya di Jakarta". Sedih banget ngedenger komentar langsung mereka, tapi yaa aku akui that's Jakarta.

Bahkan keterangan tempat di majalah international, walaupun itu di salah satu kota di suatu negara, mereka nyebut nama negaranya aja.. atau kalau pun mereka nyebut nama kotanya, pasti nyebut nama negaranya juga misal: Taipei, Taiwan. Tapi giliran Bali, nulisnya Bali aja. Seems like Bali bukan Indonesia. Banyak juga loh yang ngga tau kalau Bali itu Indonesia. (Yaah gagal dong yah promosi Bali, kalau Indonesia-nya ngga ikutan kebawa).

The point is, Indonesia itu ngga 'diliat' di kalangan international karena belom beres didalamnya. Jadi mereka ngeliat Bali bukan bagian dari Indonesia. Bali juga belum rapi-rapi amat sih, tapi somehow mereka 'ready' di datangin turis -atau terpaksa siap-. Jadi andaikan Jakarta dan kota-kota lain lebih rapi dari itu, pasti lebih banyak lagi turis yang dateng dan punya kesan yang baik tentang Indonesia.

Ngeberesin Indonesia didalam itu menurutku prioritas Indonesia saat ini. Silahkan kalau ada yang punya pendapat yang berbeda :)


Jadii siapa capres yang bisa ngeberesin internal Indonesia? :)


Wednesday, June 4, 2014

Things Happened in My Age of 22

I just realized that there are several important milestone of me when I was 22 years old. Here they are:

1. Graduated from Master Degree (MBA) --> July
Probably I'm the youngest graduates in my current school and among my friends in undergraduate. And I'm the first person who hold master degree among my cousins in my mom's side of family and second person among cousins in dad's side.

2. Wearing Hijab --> August
Well I know, for hijab, I'm kinda late. But still, I'm the only woman with hijab in my current departement, although there are several muslim womans.

3. Starting PhD --> September
Such a big decision for me. Kinda not so sure how am I gonna through it all. Somehow, I still ask myself repeatedly whether I'm able to go through it or not. But what I know for sure is that this is the best decision for me and I never regret it.

4. Living Alone --> March
First time lives alone while doing PhD is not easy. Well, I know, nobody said it was easy, but they say it'll be worth it :)

Hopefully, this year I can make any new milestone or at least I'm being a better person :)

Monday, May 12, 2014

12 Mei: A Note for Grieving Mothers

Mungkin hampir semua tau tanggal itu. Tapi untuk mahasiswa dan alumni Trisakti khususnya, tanggal 12 Mei itu bukan hanya sekedar tanggal. Walaupun udah lulus bertahun-tahun dan udah ada di perantauan, semangat untuk menuntaskan 12 Mei tetap ada.

Setiap tahun, di tanggal 12 Mei, mahasiswa Trisakti turun untuk demo ke Senayan. Dari awalnya menuntut keadilan, hingga akhirnya itu hanya rutinitas memperingati hari Reformasi.

Diawal kuliah, senior Trisakti memutarkan video yang memperlihatkan betapa sedihnya keluarga korban. Semua ibu korban pun terus memohon kepada mahasiswa Trisakti untuk menuntut keadilan, untuk terus mencari siapa yang salah, atau sekedar mencari closure. Ibu mana yang rela mengetahui anaknya dibunuh oleh aparat negaranya sendiri (atau siapapun yang saat itu memakai seragam aparat negara). Semangat untuk mencari jawaban pun hadir di tiap jiwa mahasiswa Trisakti. Rasanya pengen banget melakukan sesuatu untuk mereka, apa aja

Tapi kita juga tidak bisa menutup kenyataan, bahwa seiring berjalannya waktu, semua bukti entah lenyap kemana dan saksi pun tidak berani muncul. Sedih rasanya melihat kenyataan yang ada. Sedih, mengetahui tidak bisa memberikan closure ke keluarga korban. Sedih, mengetahui pemerintah tidak peduli dengan rakyatnya.

Sayang Bu, saya belum bisa melakukan apa-apa. Maaf Bu, saya dan para senior Trisakti tidak punya power sekuat itu untuk menyeret orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hanya do'a yang bisa kami panjatkan, dan menyerahkan semuanya ke yang Maha Adil. Kami yakin pasti ada balasan yang setimpal untuk mereka.

Semoga Ibu sekeluarga diberikan keikhlasan dan ketenangan ya. Percayalah Bu, kami tidak akan lupa kejadian itu. 12 Mei tetap di hati.


16 Tahun Reformasi: 12 Mei 1998 - 12 Mei 2014

Friday, April 4, 2014

Passion

I consider myself living my life with passion, rather than dreams.

I may not have a huge dream or a detailed ones, but every seconds of my life is full of passion. I have quite a lot of passions: writing, reading, jogging, cycling, swimming, knitting, handcrafts, analyzing, leading, travelling, adventure, violin, piano, language, french, mandarin, new things, hiking, sleeping. My life is guided by my passions. Everything I do is always related to these passions, because if you do things with passion, you can always will be able to keep on going and give 100%.

When people ask me: 'What do you want to do in the future?' I may answer it with a standard answer that even I don't know if I able to pursue it. I'm more kind of thinking in step by step. Well, I know what step I will take after, but it's not detailed yet. I focused on the current step, instead. Focus, find my passions in it, have fun and no regrets. Alhamdulillah, so far, I never do things that is not my passions and that I regreted.

I'm not saying living your live in dream is wrong. It's just people have different ways in living their lives and this is my way :)

Better yet, you need to have dreams, and living your life with passions to get your dreams :)

Wednesday, January 8, 2014

The truth

I'm a big fan of 'asking'. If you don't know, ask. If you're not sure, ask. If you're curious ask.
Things are so much easier when we all be honest and transparent to each other.

Not knowing makes us assuming and in some cases, even overthinking.
We can't assume on everything, unless we assume in every possible condition. And we shouldn't overthink, 'cause usually things are not as complicated as we thought.

On the other hand, most of the time we can't answer some questions. The answer would be 'I don't know why', 'I just did it', 'I just knew', 'I felt like it', 'I don't realize when', etc. People may or may not say the truth for some reasons.

If you asked and got an answer like that, try to look at their attitude and their eyes.

People can say anything, but eyes can't lie. 
It's a biology reaction that our pupils will get bigger/dilated when we are excited and smaller/constricted when we are upset. Evenmore, eyes can tell you more than anything. Two peoples can communicate only by looking at their eyes. There are also other reflects that we can observed from people, such as eyes & hands movement. 

People can fake to behave in certain ways, but their attitude remain unchanged. 
Behavior can only stay in a short term while attitude stay forever. Attitude is something that they have inside them. Some values and belief that they carry on. You will know why and how people make decision based on their attitude. Attitude can be discovered by analyzing their background information or work with them.

So, just observed! I'm sure the answer is there, but you're not aware of that.
If you care enough about the answer, take a second to look. People can't hide it all the time :)